Selasa, 17 Februari 2009

TIGA JAGOAN PERKUAT SEKKAU


“Jagoan” memang datang dan pergi, seperti film-film cowboy. Tatkala Letkol Tata dan Letkol Suroso pergi, maka datanglah pengganti mereka. Tak tanggung-tangung, langsung didrop tiga jagoan sekaligus. Masing-masing Letkol Pnb Engkus Koswara, Letkol Pnb Tahyodi, dan Letkol Lek Agus Supriyanto. Ya, merekalah dostun-dostun baru yang semakin memperkuat soliditas Sekkau sebagai lembaga pencetak mayor dan manajer lapangan di jajaran TNI AU. Berikut ini profil masing-masing tiga jagoan itu.

Letkol Pnb Engkus Koswara

Dilihat dari namanya, jelas ga salah deh, ini jagoan asal Tanah Pasundan! Lulus AAU tahun 1990 (di Sekkau kawan seangkatannya adalah Letkol Amaly, Letkol Gandi, Letkol Ardhi, Letkol Tahyodi), menyelesaikan Sekbang Angkatan ke-44 dengan rating fighter. Ia malang melintang sebagai penerbang ”oviten sepuluh” (OV-10) cukup lama, sampai akhirnya ditarik ke Jogja untuk menjadi guru almamaternya di Sekbang setelah lulus SIP angkatan ke-48.

Ketika di Jogja sebagai instruktur itulah ia disekolahkan ke ROKAF (Korsel), tepatnya KT-1B Pilot Training, dalam rangka pengawakan pesawat latih yang hendak dibeli Pemerintah RI itu. Ia pula yang akhirnya menularkan ilmu menyopiri pesawat KT-1B di kalangan jupiter (instruktur) Sekbang kala itu.

Ketika Kapten ia menempuh Sekkau Angkatan ke-65 (teman seangkatan sebagai dostun yaitu Letkol Danet, Letkol Gandi, Letkol Agus Suhadi, dan Letkol Tahyodi). Kemudian pendidikan Seskoau ditempuh di Angkatan-41 (bersama dostun Letkol Ratna). Engkus juga dipercaya menempuh Sesko perbandingan di SCSC Singapore, tahun 1996. Sebelumnya ia juga menempuh pendidikan AMTAC (Advance Military Technology Appreciation Course), 1995.

Sebelum ditarik ke Sekkau, Engkus malang-melintang sekitar dua tahun sebagai Komandan Lanud Wiriadinata, Tasikmalaya. Menikahi Erna Sofiana, seorang Wara manis pilihannya, dan dikarunia dua putri: Naufalia NDU dan Anisa MDU. Selamat datang Kang Engkus, kuharap kau bisa mewarnai Sekkau dengan hal-hal yang positif dan konstruktif sesuai kompetensimu.***(gus)

(Profil Letkol Agus Supri dan Letkol Tahyodi menyusul, karena ketika entry baru ini ditulis dan diposting, Letkol Agus Supri sedang mengajar di kelas, sedang Letkol Tahyodi entah kemana tuh orang...Soalnya untuk bisa masuk blog ini ya harus methungul di depan redaktur merangkap administrator hehehe)

Senin, 16 Februari 2009

SEKKAU KEMBALI BERDUKA











Di hari valentine 14 Februari, dimana banyak orang di jagad ini bersenang-senang dan bersayang-sayangan, Kapten Adm Lani Sriamtina – Pekas Sekkau – justru berduka cita. Anak kedua yang selama sembilan bulan dinantikan dalam kandungan, lalu dilahirkan melalui bedah Caesar pada “Hari Kasih Sayang” di RS Haji Pondok Haji, akhirnya hanya berumur sehari karena dipanggil ke HaribaanNya. Innalillahi wainna ilaihi roji’uuun…

Sekkau kembali berduka, karena beberapa waktu sebelumnya telah meninggal dunia ayahanda Kapten Tek Dwi Asmoro, kemudian disusul dengan meninggalnya istri Kapten Tek Suratno. Yah, jika Tuhan sudah menghendaki, siapapun jika saat kematiannya tiba pasti akan meninggal. Kullu nafsin dzaikotul mauut....

Pada kesempatan acara pemakaman almarhum Raffa Naufal Farraz Jatnika, demikian nama sang bayi yang hanya berumur sehari buah hati Kapten Adm Lani dan Bpk Jatnika, di TPU Kebon Pala Halim, hadir Komandan Sekkau Kolonel Pnb Sugihardjo, para Kadis dan Kadep, dostun, serta antap Sekkau.

Segenap keluarga besar Sekkau mengucapkan ikut berduka cita dan belasungkawa, semoga Keluarga Besar Kapten Adm Lani Sriamtina diberi kekuatan iman, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini. Khusus Kapten Lani, semoga pula segera diberi kesembuhan sehingga segera bisa menatap hari esok yang lebih cerah. Yakinlah bahwa Raffa kelak akan masuk sorga ”tanpa pemeriksaan” Malaikat dengan mengajak ibundanya serta.***(gus)

Senin, 09 Februari 2009

JABATAN KADISBIN DISERAHTERIMAKAN




Jabatan Kepala Dinas Pembinaan (Kadisbin) Sekkau diserahterimakan dari Letkol Kal Sutardodo Sihombing kepada Letkol Kal Ahsanul Amaly dalam suatu upacara dipimpin Komandan Sekkau, Kolonel Pnb Sugiharjo di Gedung Pramana Sala Sekkau, Senin (9/2).

Ahsanul Amaly, alumnus AAU 1990, sebelumnya adalah dosen/patun (dostun) Sekkau. Sedangkan Dodo, alumnus Sepawamil 1990 Gel. I, selanjutkan ditarik ke Mabesau sebagai salah satu Pabandya di bawah Paban V Srenaau.

Dalam sambutannya Komandan Sekkau Kol Pnb Sugiharjo mengatakan, tugas seorang Kadisbin tidaklah ringan karena meliputi aspek personel dan logistic. “Khusus di lingkungan Sekkau, seorang Kadisbin bertanggung jawab untuk mampu membantu komandan dalam memperlancar tugas-tugas operasional pendidikan sekaligus dalam pembinaan personel jajaran Sekkau,” tegas Sugiharjo yang mantan penerbang helicopter ini.

Oleh karena itu, tambah Sugiharjo yang alumnus AAU 1982, kepada pejabat baru hendaknya segera menyesuaikan diri dengan medan tugas barunya. “Saya yakin Letkol Amaly mampu karena sebelumnya telah berada di lingkungan Sekkau sebagai dostun, sehingga setidaknya telah mengenali lingkungan Sekkau dengan segala dinamikanya,” ujar Sugiharjo.

Hadir pada kesempatan tersebut para pejabat dan para dostun Sekkau, serta anggota tetap Sekkau baik sipil maupun militer. Selesai upacara, Komandan Sekkau berkenan memberikan kenang-kenangan kepada mantan Kadisbin.***(gus)

Selasa, 03 Februari 2009

UJIAN OH UJIAN




Namanya sekolah ya pastilah ada ujiannya. Sekolah tanpa ujian bagaikan perempuan tanpa busana: berbahaya. Demikian pula dengan Sekkau, lembaga pendidikan tercinta kita, tempat komunitas pecinta ”buah mangga dan buah zaitun” (aku bangga jadi patun) berkumpul untuk mengabdi kepada Ibu Pertiwi (NKRI Harga Mati!). So pasti juga menggelar ujian yang harus diikuti oleh para pasisnya.

Tak semua MP (mata pelajaran) ada ujiannya, memang. Khususnya yang bersifat introduksi ataupun ceramah, tapi yang lain pada umumnya memberlakukan adanya ujian. Untuk apa? Ya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para pasis terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Secara normatif, suka tidak suka, setuju tidak setuju, yah apa boleh buat, tujuan ujian antara lain memang untuk menentukan NILAI.

Perkara nilai ini memang debatable. Pro kontra. Yah, seperti malam dan siang, itu hal jamak dan seyogianya diterima saja apa adanya. Yang PRO bilang: nilai penting untuk menentukan ranking, juga untuk mengukur kemampuan seseorang. Yang KONTRA bilang, buat apa nilai jika pada akhirnya subyektifitas sang penilai terlibat di sana? Wela, ga usah dilanjutkan saja kalau debatnya macam begini.

Kembali ke...laptop, eh, ujian. Beberapa waktu yang lalu terjadi „tsunami lokal“ yang cukup hebat di kalangan pasis Sekkau A-85. Ada perkara apa? Istilah kerennya ya semacam tak singkronnya antara das sein dan dan das sollen, antara harapan dan kenyataan. Sebuah pelajaran yang diduga akan diujikan secara „OPEN BOOK“ (OB) ternyata malah „CLOSED BOOK“ (CB). MP yang dimaksud adalah „Jukminu“ (petunjuk administrasi umum) TNI.

Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, biasanya MP yang satu ini memang selalu diujikan secara OB karena memang jenis dan sifat pelajarannya sangat TEKNIS. Pikiran pasis „lha mosok pelajaran gituan kok dihafalkan, ga mungkinlah, kayak ga ada kerjaan lain“. Eh entah gimana juntrungnya, ketika tiba hari ujian dan mereka masuk kelas, wadow, ternyata aturan yang berlaku adalah ujian CB! Para pasispun pada saling pandang dan sejurus kemudian suara menggelegar patun pengawas ujian menyadarkan mereka untuk menerima kenyataan pahit itu. Suka tidak suka, ujian pun harus mereka kerjakan, meski hati nggrundel dan kepala berdenyut-denyut menahan kekesalan....***(gus)

Senin, 02 Februari 2009

LEMBAR MERAH DAN DISKUSI











Sekolah tentara seperti Sekkau dan Seskoau (tampaknya juga hingga di Sesko TNI sampai Lemhannas, ga tau persis sih karena saya belum mengalaminya), yang namanya ”lembar merah” dan ”diskusi” sudah menjadi menu utama selama masa pendidikan berlangsung.

Lembar Merah (LM) adalah sebutan untuk kertas penugasan pembuatan karya tulis berfomat Kertas Karya Acuan (KKA) bagi setiap pasis yang kebetulan memang berwarna merah. Di lembar merah itulah lembaga Sekkau melalui departemen-departemen yang ada (Dep Jemen, Dep Ops, Dep. Mastra, Dep. Juang), menggelontorkan lembar merah yang totalnya sekitar 30an penugasan.

Bagi pasis yang “canggih”, biasa nulis, bekerja dalam tekanan, sebetulnya ya gak masalah menghadapi LM yang datangnya bertubi-tubi, masuk ke loker masing-masing pasis. Tapi faktnya tak sedikit dari pasis yang sepertinya “mendem” oleh LM! Terbukti dari KKA yang mereka buat tampak yang dibuat asal-asalan dan acak-acakan.

Dari KKA itulah kemudian setiap masalah yang ditentukan didiskusikan oleh masing-masing kelompok di ruang kelompok masing-masing pula. Pada saat diskusi inilah, peran perwira penuntun (patun) sangat besar untuk menjaga agar jalannya diskusi berlangsung on the right track. Diskusi dipimpin oleh ketua diskusi yang berlaku bergiliran, didampingi seorang sekretaris diskusi dan notulen.

Ajang diskusi ini sesungguhnya sebagai “laboratorium” bagi para pasis untuk melatih bicara efektif, mempertahankan argumentasi, sharing isi pikiran, dan lain-lain. Oleh karena itu sungguh sayang jika ada pasis yang tidak memanfaatkan forum diskusi ini justru karena KKA yang mereka buat adalah hasil “bajakan” alias “taipak” para senior terdahulu. Harusnya selama sekolah mereka punya kesempatan untuk berpikir orisinil, bukan malah mangandalkan pikiran bajakan “dotcom” (sedot computer). Kasian deh lu!***(gus)