Rabu, 27 Mei 2009

“VIRA CAKTI YUDHA 85” : HANCURKAN REPUBLIK PASIFIKA





























Komandan Sekkau Kolonel Pnb Sugiharjo membuka Gladi Sekolah Olah Yudha “Vira Cakti Yudha 85” yang diikuti oleh 124 perwira siswa (pasis) Sekkau Angkatan 85 di Lapangan Apel Kampus Sekkau, Selasa (26/5), selama empat hari. Olah Yudha atau OYU merupakan puncak kegiatan belajar-mengajar bagi siswa di lembaga pendidikan Sekkau yang berlangsung selama enam bulan.

Disebut puncak karena, pertama, latihan ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian kurikulum pendidikan Sekkau dimana para pasis diharapkan mampu menerapkan prosedur teknis staf, pembuatan naskah-naskah dinas, serta menguasai mekanisme operasi udara.

Kedua, latihan ini merupakan momentum penilaian bagi lembaga (Sekkau) atas sejauh mana para siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan selama mengikuti pendidikan di lembaga ini.

Dalam gladi ini para siswa dihadapkan pada persoalan dalam bentuk perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan serta pengendalian suatu operasi udara. Di samping itu, para pasis juga dituntut untuk dapat melaksanakan pemecahan persoalan melalui suatu dinamika kelompok dalam suatu satuan setingkat Satuan Pelaksana Operasi Udara (Satlakopsud) dalam waktu yang sangat terbatas.

Pasifika

OYU “Vira Cakti Yudha 85” digelar berdasarkan scenario “klasik” yang hampir selalu digunakan dalam latihan-latihan TNI semua angkatan maupun gabungan. Yakni mengasumsikan keutuhan wilayah NKRI terancam oleh intervensi dan aneksasi musuh yang datang dari luar. “Musuh Anggapan” (itu sebabnya disebut dengan nama sandi “musang”) itu bernama Republik Pasifika – sebuah Negara yang berada di kawasan utara kepulauan Natuna.

Negara Pasifika mempunyai latar belakang budaya, paham kenegaraan dan ideologi yang berbeda, penduduk merupakan campuran etnik Cina, Vetsin dan Melayu. Sumber kekayaan alam utama adalah kelautan dan pertambangan, secara ekonomi menerapkan ekonomi pasar bebas, dengan basis utama sektor Industri IT yang mempunyai pangsa pasar ekspornya ke Rusia, Timur tengah, India dan Eropa Timur. Budaya penduduknya campuran Vetsin China, Melayu dengan falsafah Sosialisme. Bahasa Nasional yang digunakan adalah bahasa Melayu-Vetsin, penduduk yang memiliki agama sekitar 75 %, pemeluk agama Budha 30 %, Konghucu 20 %, Islam, 15 %, Kristen 10 % dan 25 % sisanya pemeluk aliran Kepercayaan dan Atheis. Rakyat Pasifika cukup militan dalam belajar dan bekerja. Pasifika meraih kemerdekaan 40 tahun silam, melalui perjuangan kemerdekaan dari penjajah Perancis. Semboyannya adalah “Kerja keras menuju kejayaan Pasifika“.

Natuna

Sejarah kedekatan Natuna - Pasifika dimulai pada abad 17 silam, dimana wilayah Vetsin serta wilayah Pulau Kayalan dan Pulau Natuna pernah menjadi bagian dari Kerajaan Pasifika Raya, merupakan sebuah Kerajaan Maritim yang disegani di kawasan ini saat itu.

Kolonialis dari Eropa memecahnya menjadi negara-negara kecil, Vetsin dan Kayalan menjadi wilayah Perancis dan Natuna / Kepulauan Riau dikuasai Hindia Belanda. Setelah 24 tahun perjuangan menuntut kemerdekaan, maka sekitar 40 tahun silam Gerakan Kemerdekaan Vetsin berhasil memisahkan diri dari Perancis. Negara ini mendapat bantuan ekonomi dari pemodal China dan Rusia. Untuk bantuan dukungan militer dari negara-negara Rusia, Vetsin, Korea Utara dan Eropa Timur.

Namun setelah merdeka pecah menjadi dua negara, Pasifika dan Vetsin, dimana negara Pasifika meliputi seluruh bekas Propinsi paling Selatan Negara Vetsin yaitu Kepulauan Kayalan, sedangkan wilayah Vetsin saat ini adalah Vietnam.

Let’s Destroy Pasifika

Singkat cerita, wilayah Natuna diduduki oleh tentara Pasifika dengan dukungan gerakan separatis Natuna (GNM = Gerakan Natuna Merdeka). Nah, misi yang diemban para pasis adalah melaksanakan perintah untuk merebut kembali Natuna ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan menghancurkan center of gravity (CoG) Republik Pasifika, sekaligus mengusir mereka dari kepulauan Natuna dalam 30 hari!

Para pasis yang dibagi dalam 12 kelompok dan tiap kelompok merupakan Sub Komando Tugas Udara, mendapat tugas untuk melaksanakan operasi udara dengan tahapan-tahapan sebagaimana diajarkan di lembaga pendidikan Sekkau.

Misi ini langsung di bawah kendali Panglima Komando Tugas Gabungan (Pangkogasgab) yang mendapat mandat dari Panglima TNI (setelah sebelumnya menerima perintah dari Presiden RI yang berdasarkan persetujuan parlemen telah menyatakan perang melawan Republik Pasifika). Kepada seluruh jajaran Sub Kogas angkatan, Pangkogasgab memberikan perintah sebagai berikut:

● Tangkal serangan lanjutan Pasifika, cegah eskalasi di luar mandala operasi, lindungi warganegara RI dan kepentingan nasional kita, serta pelihara akses ke daerah tersebut (mandala operasi), wilayah perairan laut udara sekelilingnya.

● Jika lawan tidak menghentikan operasi militernya di Pulau Natuna dan mundur dari wilayah NKRI, maka laksanakan operasi untuk memperlambat dan menimbulkan kerugian lawan atau penyerang, cegah eskalasi di luar area operasi, lindungi warganegara dan kepentingan nasional lainnya, serta pelihara atau jaga akses ke region tersebut.

● Hancurkan dan lumpuhkan kemampuan operasi tempur, dukungan lawan, serta pusat kekuatan strategis di wilayah lawan, untuk mengurangi kekuatan tempur, keinginan, kemauan dan kemampuan melanjutkan konflik.

● Hentikan operasi tempur lawan, hancurkan lawan di wilayah yang diperebutkan Pulau Natuna, dan ciptakan kondisi agar hasil akhir perang sesuai kehendak atau kepentingan kita.

● Tercapainya perdamaian yang menyeluruh, dimana stabilitas regional dipulihkan dengan lawan tidak memiliki keinginan dan kemampuan untuk menimbulkan konflik di masa depan.

Tidak ada komentar: